Senin, 02 Mei 2011

Mantar "village on the mountain"

Desa Mantar,
Kecamatan Poto Tano, 
Kabupaten Sumbawa Barat,
Nusa Tenggara Barat, Indonesia,

   Desa Mantar berada di dalam wilayah administratif Kecamatan Pototano. Terletak di atas bukit Mantar dengan ketinggian 800 dpl dengan luas wilayah 3.085 km2. Jumlah penduduk 1.455 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki 711 jiwa dan jumlah penduduk perempuannya 744 jiwa. Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah petani dengan jenis pertahian lahan kering.

Hasil pertaniannya adalah padi bulu (sebagai primadona) dan palawija (kacang hijau dan jagung). Sedangkan untuk peternakannya berupa sapi, kuda dan kambing yang merupakan mata pencaharian sampingan.

       Dari desa Mantar kita dapat melihat dengan jelas Pulau Lombok dan Gunung Rinjani, serta selat alas yang menghubungkan antara Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok. Selain itu dari Desa Mantar kita juga dapat melihat pulau-pulau kecil (gili) di sekitar tanjung Poto Tano, seperti gili kenawa yang menjadi salah satu obyek wisata masyarakat setempat dan gili-gili lainnya. Dari tempat sebelum kita memasuki Desa Mantar, kita dapat melihat desa-desa yang berada di bawahnya, seperti desa senayan, desa tapir, seteluk dll.

Titisjuman  menikmati pemandangan dari atas Mantar

Wisatawan Lokal saat di pemanto
lapangan sepak bola mantar yang dikelilingi oleh rumah penduduk


       Kebudayaan masyarakat Desa Mantar tidak jauh berbeda dengan budaya masyarakat sumbawa pada umumnya karena pada dasarnya orang Mantar merupakan satu garis keturunan dengan orang sumbawa. Beberapa waktu yang lalu Desa Mantar menjadi lokasi syuting Film "SERDADU KUMBANG" yang akan dirilis dalam waktu dekat ini. Secara umum Film tersebut menceritakan kehidupan masyarakat sumbawa. Harapan kita semoga film ini disukai oleh masyarakat luas agar budaya dan kekhasan daerah Sumbawa dapat dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Sejarah Desa Mantar :
       Konon zaman dahulu ketika zaman perang ada sebuah kapal Portugis yang terdampar di desa pesisir pantai dibawah pegunungan mantar. Karena kapalnya tidak dapat digunakan berlayar kembali maka orang-orang Portugis terpaksa menetap di desa Kuang Buser dan Tua Nanga. Dan kemudian orang-orang Portugis menikah dengan masyarakat setempat dan akhirnya mereka mendaki pegunungan mantar kemudian menetap di Desa Mantar.
       Konon awalnya Mantar bernama "Mount Tarry". Mount artinya gunung dan Tarry artinya tinggal, jadi Mount Tarry maksudnya gunung tempat tinggal. Namun sejalan berjalannya waktu karena penyebutannya sulit diucapkan oleh masy
arakat sumbawa maka Mount Tarry berubah menjadi Mantar.

Keunikan dan Keindahan Mantar :
       Selain kita dapat melihat panorama alam di sekitarnya, Mantar juga memiliki keunikan yang tidak kalah menarik. Di desa Mantar ada sebuah kolam alami yang Ai' Mante. Konon kolam ai' mante sangat dalam dan di dalamnya terdapat sebuah gong besar ditahan oleh otot pohon pisang (gali pinti'). Hal ini belum dapat dipastikan apakah hanya sekedar mitos atau benar adanya. Namun kepercayaan masyarakat Mantar membenarkan mitos tersebut. Konon awalnya kolam ai' mante tidak henti-hentinya mengeluarkan air yang mengakibatkan banjirnya desa Senayan dan dusun Ai' Olat yang berada di kaki pegunungan mantar. Maka dengan memasukkan gong tersebut air dari kolam ai' mante pun berhenti. Dan konon (lagi) air kolam ai' mante bisa berubah warna berdasarnya keadaan desa Mantar. Bila air kolam berwarna merah berarti akan terjadi suatu musibah atau malapetaka di desa Mantar. Bila hijau berarti aman dan sebagainya.

Jalan Menuju Mantar :
        Saat ini jalan menuju ke desa Mantar ada dua yang sebelumnya hanya satu yaitu jalan setapak yang ada di Desa Ssenayan. sekarang kebanyakan masyarakat Desa Mantar lebih memilih mobil sebagai alat transportasi untuk naik-turun pegunungan mantar melalui jalan yang baru dibuat oleh pemda KSB,   Sehingga jalan setapak yang dahulunya besar sekarang secara perlahan menjadi semakin kecil dan tertutupi oleh semak-semak. Masyarakat matar lebih memilih mobil sebagai sarana transportasinya  karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan sangat sulit jika memakai jalan setapak. Sat ini jalan setapak hanya digunakan oleh para pendaki yang ingin menikmati indahnya panorama dari pegununungan mantar.


 Pohon Harapan
pohon harapan, yang menurut masyarakat setempat bila menggantungkan botol maka harapan kita akan terkabulkan. Di blakang pohon tersebut kita lansung dapat menyaksikan keindahan pantai labu spakek dan hamparan kebun jagung. ketika malam, kita juga dapat menyaksikan klap-klip lampu pulau lombok.
kalau berminat silakan anda kunjungi sekarang.
tempat ini tidak akan  mengecewakan anda.

2 komentar:

  1. saya pernah kesana bro.. keren banget emang desanya. dari cara hidup penduduk, cerita asal usul mereka dan view2 nya mantab..

    BalasHapus
  2. Wah...ceritanya mantap, tp kok msih simpang siur yah..? :D

    BalasHapus